Kalau ada da’I, Ustadz atau apapun
sebutannya untuk seorang mubaligh yang berdakwah tanpa meminta bayaran mungkin
ia salah satu dari segelintir orang tersebut.
Adalah Acep Saefullah yang
dilahirkan di ujung kota bogor, 1 juli 1973 lalu. Selain aktif sebagai pengajar
di salah satu sekolah yang dikelolanya, ia juga pernah dan masih aktif
berdakwah di majlis az-zikra yang diasuh oleh Ust. Arifin Ilham.
Kesehariannya layaknya orang
kebanyakan, bergelut dalam aktifitas sebagai kepala keluarga yang tentu tak
lepas dari tanggung jawab untuk membesarkan, mendidik, mengawasi dan membina
keluarga kecilnya yang telah dianugerahi 2 orang putra dan seorang putri.
Yang menjadi sorotan ane tentang
beliau adalah niat tulusnya dalam mensyiarkan islam, membagi ilmu dengan berdakwah
tanpa pamrih.
Ane aktif dalam pengajian yang
diasuhnya setiap malam rabu dilingkungan Kel. Duren mekar RT.01/RW04 Bojongsari
depok. Walapun hanya pengajian “kuping” dan waktunyapun relative singkat, namun
apa yang beliau ajarkan sangat bermanfaat.
Bayangkan, apa jadinya jika kami
yang hidup tanpa basic pendidikan agama, tanpa kenal pesantren, kemana harus
berpijak saat lingkungan menuntut kami untuk berada dalam garis yang benar,
sementara pengetahuan tentang itu sangat minim kami miliki.
Materi tausiah yang beliau
sampaikan cukup mudah dicerna, mudah dimengerti bahkan untuk yang sudah berusia
lanjut.
Karena ternyata banyak hal2 kecil yang sebenarnya sangat penting untuk
dibenahi. Mulai cara hidup ala rasulullah sejak bangun tidur sampai tidur lagi.
Tuntunan do’a mulai dari cara makan, tidur, wudhu, mandi, keluar rumah,
masuk/keluar wc, bahkan pengetahuan tentang puasa, zakat, haji dan bnyak lagi
yang lainnya.
Belakangan beliau aktif
menghidupkan musholla dan masjid2 dalam tausiah subuh keliling, dan itupun
tanpa meminta bayaran. Paling juga dapet sepiring nasi uduk dan segelas teh
dari pngurus DKM.
Bahkan dipertengahan tahun ini
kita dapat mudah mengakses aktifitas beliau melalui akun facebooknya yang
selalu memberikan potongan dakwah ringan sambil menemani kita yang aktif
browsing didunia maya.
Berkenaan dg itu sebenarnya ini
yang saya mau ane tulis, bahwa keberadaan Gadget ataupun smartphone yang sering
digunakan oleh beberapa orang bahkan oleh ust. Acep sendiri ternyata mendapat
sedikit sorotan dari masyarakat.
Kenapa dapat sorotan seperti itu dan mengapa sampai begitu ?
Alumni Ponpes Darut Tafsir
Alhussaeini dan Lulusan magister Agama UIN Syarif Hidayatullah ini tentu
memiliki banyak alasan mengapa beliau mnggunakan Ipad dan akun FB sbagai sarana
dakwah. Selain efisien, multiguna, juga bisa mnjadi contoh bahkan menjadi icon
pengguna Internet yang sehat.
Orang yang belum mengenal gadget
sperti Ipad, Smartphone sperti Blackberry, atau netbook pasti mengira barang
ini adalah sarana social yang ga lebih dari hiburan untuk main game, chatingan
di jejaring soaial sperti facebook, tweeter, ym, whatsup, kakao, dan bnyak
lagi, bahkan untuk sarana mengakses dunia pornographi tanpa batas.
Hellloooooo, peradaban teknologi
tidak bias dihindarkan. Kita orang muslim harus bisa kuasai teknologi. Smua
punya dampak, ya negative ya positif. Adalah tugas kita dalam hal ini
meminimalisir penyalahgunaan teknologi informatika dalam keseharian kita.
Hal paling bodoh adalah ketika
seorang menilai gadget itu sebagai pengganggu kekhusuan dalam beibadah. Ehemmmmm,,,,…Jadilah
orang yang smart, kalupun ada seorang ustadz yang selalu membawa, memakai
gadgetnya dalam berdakwah itu karena beliau merasa inilah saatnya memanfaatkan
teknologi.
Gadget itu bias merangkum
berapapun banyaknya catatan, isi kitab bahkan terjemahan alqur’an tanpa
mengurangi arti dari isi dan kandungannya.
Anehnya orang yang punya pandangan
seperti itu justru ga pernah tau apa isi dan fungsi sbuah gadget seperti ipad,
miris sekali. Buta teknologi tapi bisa memvonis bahkan menyalahkan si yang
empunya
Terjadi, dilingkungan ane juga.
Saat ane dengar seorang mngatakan ngga khusuk sholat dan tausiahnya karena
ustadznya bukan buka kitab tapi buka laptop. Dibilang ustadznya ngajinya mainin
laptop melulu
Wooooooowwwww,,,, kalau boleh, ane
yang ngasih argument dah. Ustadz cukup duduk manis aja. Heheheheheheh
Makanya kalo nggak tau kalo nggak
ngerti mbok ya ora usah ngomong neko-neko. Apakah anda yang berkata sperti tadi
itu tau kalo yang dilakukan Ust. Acep di facebook itu adalah dakwah? Apakah
anda punya akun FB untuk mengakses FBnya ust. Acep?
Atau jangan2 anda akan kaget
setelah mempunyai akun FB mata anda akan terbuka lebar, bisa tau teman,
tetangga, saudara, bahkan aktifitas anggota keluarga yang selama ini luput dari
perhatian anda.
Faktanya, ane memiliki gambar yang
diambil dari akun FB tetangga yang dikenal sangat santun, muslimah, bahkan
keluarga terhormat tetapi berfose dg lawan jenis yang bukan muhrim layaknya
suami istri. Dan itu diupload kedalam akun FB yang dapat diakses oleh siapapun.
Lalu kemana control orang tua? Bukankah lebih baik kalo si org tuanya juga
memiliki akses untuk tau bagaimana anaknya diluar sana?
Tanpa dipungkiri, mengenal dunia
maya membuat kita tahu bahwa ada kehidupan lain selain didunia ini yang memang
tanpa batas. Kita sebagai muslim mesti menguasainya, mesti mampu meminimalisasi
bahaya kebebasan internet dg banyak memberikan nasehat, memasukan hal2 positif
untuk membendung, mengimbangi bahayanya.
Semoga Ust. Acep tetap istiqomah
terus berjuang berdakwah demi syiar islam ditanah Dumek khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Apapun sarana yang kita punya, kembangkan, kuasai,
lanjutkan. Media dakwah yang sudah ada terus perbnyak.
Ingatkan kami yang bodoh dalam
ilmu agama disetiap kajian diberanda facebooknya untuk selalu menjalankan apa
yang memang diwajibkan, menjauh dari apa yang seharusnya dilarang.
Semoga kita dibersamakan kelak bersama
junjungan kita baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Aamiin ya robbal ‘alamiin
Mohon maaf kepada semua pihak, dan terima kasih atas kunjungannya diblog ini.
ane mau gawe lagi, cuzzzzzzzz,...... Wassalam.